Negara-negara
yang terletak pada garis ekuator seperti Indonesia terkenal mempunyai iklim
yang lembap dan panas. Hal tersebut ternyata diperparah dengan munculnya
fenomena El Nino yang cukup menggila tahun ini.
Badan Pemantau Laut dan Atmosfer Amerika, NOAA,
senin kemarin (23/06/14) melaporkan jika suhu rata-rata bumi pada bulan Mei
yang lalu menjadi yang tertinggi sepanjang sejarah, terutama di daerah-daerah
di garis khatulistiwa. NOAA mengungkapkan jika suhu bulan Mei lalu mencapai 15
derajat Celsius, mengalahkan rekor terpanas empat tahun yang lalu, Daily Mail
(23/6).
Peningkatan panas bumi secara ekstrim diyakini
disebabkan oleh fenomena El Nino yang belakangan terus meningkat. El Nino
adalah keadaan perairan di sekitar khatulistiwa (khususnya sebelah timur
samudra Pasifik) yang menjadi lebih panas dibanding biasanya. Saat El Nino
terjadi air di daerah tersebut mengalami kenaikan suhu hingga 3 derjat Celsius.
Ketika El Nino semakin memanas, maka akan
semakin banyak udara panas dan uap air yang akan dilepaskan ke udara sehingga
mempengaruhi pola cuaca hingga iklim dunia. Oleh karena itu, suhu pada bulan
Mei kemarin suhu bumi diperkirakan meningkat 0,74 derajat Celsius lebih hangat
dari suhu rata-rata abad 20.
Para ilmuwan di dunia juga menegaskan jika ini adalah
bukti jika pemanasan global belum berhenti, malah cenderung mengalami
peningkatan.
"Seharusnya rekor suhu bulan Mei lalu
mengisyaratkan warga dunia jika global warming belum berhenti. Tetapi yang
terpenting saat ini adalah menyadari jika global warming adalah sebuah fenomena
yang berlangsung lama," ungkap Michael Oppenheimer yang juga salah satu
peneliti iklim dari Universitas Princeton, AS.
0 komentar:
Posting Komentar